Monday 30 October 2017

SYARAT-SYARAT keSOHIHAN HADIS

1.     Istilah al-Sanad (sanadnya bersambug)

            Bersambungnya sanad merupakan langkah pertama dalam meyakinkan penisbatan suatu hadis kepada Nabi SAW. Setelah itu, barulh dibicarakan mengenai rawi yang meriwayatkannya.
            Adapun beberapa langkah dalam mengetahui bersambung tidaknya suatu sanad, diantaranya sebagai berikut :
a.      Mencatat semua rawi dalam sanad yang akan diteliti;
b.      Mempelajari masa hidup masing-masing rawi;
c.       Mempelajari shighat tahammul wal ada’ yaitu bentuk lafal ketika menerima atau mengajarkan hadis;
d.      Meneliti guru dan murid.


2.     Adalat al-rawi  (rawinya adil)

            Definisi mengenai adil di kalangan ulama ahli hadis sangat beragam, tetapi emua itu berangkat dari kepentingan dan hal-hal substantive yang sama. Menurut Al-Razi misalnya, ‘adil didefinisikan sebagai kekuatan ruhani (kualitas spiritual) yang mendorong untuk selalu berbuat takwa, yaitu mmpu menjauhi  dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan melakukan dosa-dosa kecil dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah (boleh) yang menodai muruah seperti makan sambil berdiri, buang air kecil bukan pada tempatnya, serta bergurau secara berlebihan[1]


3.     dhabith al-rawi (kemampuan rawi memelihara hadis)
                                 
            Dimaksud dengan dhabith ialah kemampua rawi memelihara hadis ,baik melalui hafalan maupun catatan, yaitu mampu meriwayatkan sebagaimana diterimanya[2]


4.     Tidak syadzdz

            Yang dimaksud dengn syadzdz ialah apabila rawi yang tsiqot  (terpercaya) dalam suatu hadis, menyalahi hadis lain yang rawinya lebih tsiqot dibandingkan rawi pada hadis pertama.[3]


5.     Tidak ada illat

            Illat artinya penyakit atau sesuatu yang menyebabkan keshohihan hadis ternodai. Illat yang ada pada suatu hadis tidak tampak secara jelas, melainkan samar-samar, sehingga sulit ditemukan, kecuali oleh ahlinya. Oleh karena itu, hadis semacam ini akan banyak ditemukan pada tiap rawi yang tsiqot  sekalipun.





[1] Ending soetari, ilmu hadis kajian riwayah dan dirayah, (bandung:Amal bakti press 1997), cet. Ke-2 h,106
[2] Ibid
[3] Ibid.h,83

No comments:

Post a Comment